Search using Google

Senin, 03 Mei 2010

Perkembangan Blackberry di Indonesia

Ini kabar baik bagi para pengguna telepon pintar (smartphone) Blackberry di Indonesia. Research In Motion Limited (RIM), produsen Blackberry asal Kanada, berencana membuka kantor cabang di Jakarta. Dengan demikian, jika ada keluhan pelanggan, RIM bisa langsung mengatasi di Jakarta.

Senin (15/6) kemarin, delegasi RIM bertandang ke kantor Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), di Jakarta, untuk menemui anggota BRTI dan pejabat Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo). Robert E. Crow, Vice President on Industry, Goverment and University Relations RIM menyatakan, RIM akan segera melakukan kajian pembangunan kantor di Indonesia.

“Dalam waktu dekat, mereka akan segera melakukan studi kelayakan (feasibility study), apakah kantor itu akan berbentuk representative office, sales service, atau service center,” kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Depkominfo Gatot S. Dewa Broto, Senin (15/6).

Gatot belum bisa memastikan kapan RIM akan membangun kantor di Jakarta. “Tapi, kami minta supaya secepatnya,” katanya.

Sejatinya, kedatangan delegasi RIM ke Indonesia merupakan tindak lanjut dari keluhan Pemerintah Indonesia, melalui BRTI dan Depkominfo, terhadap RIM.

Pemerintah Indonesia meminta RIM membuka kantor layanan purna jual di Indonesia, mengingat banyak pelanggan Blackberry di Indonesia yang mengeluh. Misalnya, BRTI kerap menerima pengaduan konsumen karena RIM memblok nomor identitas alias Personal Identification Number (PIN) mereka.

Menghadapi masalah ini, pelanggan kerap kebingungan mengingat tak ada layanan purna jual Blackberry di Indonesia. Selama ini, untuk memberikan layanan purna jual, RIM hanya mengandalkan tiga operator telekomunikasi Indonesia yang juga menjadi distributor Blackberry, yakni PT Indosat Tbk, PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), dan PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL). Namun, para operator juga hanya memanfaatkan kantor servis RIM yang ada di Singapura. Padahal, saat ini, ada sekitar 300.000 pengguna Blackberry di Indonesia.

Anggota BRTI Heru Sutadi bilang, Pemerintah menyambut itikad baik RIM itu. Namun, BRTI akan terus memantau perkembangan rencana RIM tersebut. “Selama proses itu berlangsung, BRTI masih tetap tidak akan memberi izin permohonan sertifikasi untuk alat-alat Blackberry yang baru sampai RIM membuka perwakilan di Indonesia,” katanya. Artinya, distributor Blackberry belum bisa mendatangkan model handset Blackberry baru ke Indonesia.

Manajer Internet Ritel dan Blackberry XL Handono Warih berharap, RIM lebih memilih membangun service center. “Jadi, jika selama ini kita melakukan servis Blackberry pelanggan ke Singapura, nanti servis bisa diselesaikan di Indonesia sehingga biayanya lebih murah,” katanya.